Sabtu, 03 Mei 2014

NASA Temukan Daerah Yang Pernah Dihuni Di Mars


WASHINGTON] NASA mengumumkan telah menemukan daerah yang dulunya bisa dihuni di Planet Mars. Ini keberhasilan terbesar robot Mars "Curiosity".

Penemuan ini berkat sebuah sekop kecil penuh dengan debu batuan Mars. Mars yang dijuluki Planet Merah, dulunya memiliki kondisi yang dapat mendukung adanya kehidupan.

Demikian menurut badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA dalam laporannya baru-baru ini. Ini untuk pertama kalinya NASA menemukan lingkungan yang berpotensi mendukung kehidupan ditemukan di luar bumi.

Robot penjelajah Mars Curiosity menemukan zat kimia pendukung kehidupan pada sampel bebatuan. Hasil analisa laboratorium robot tersebut menunjukkan adanya jejak unsur oksigen, karbon, hidrogen, fosfor, nitrogen, dan sulfur.

Air di Mars


Air yang mengalir di kawasan perbukitan, dulu memiliki nilai keasaman yang relatif netral, jelas ilmuwan NASA Michael Meyer.

Pada lokasi dimana Rover mengebor Mars, dulunya bisa jadi merupakan sungai atau danau.

"Dulu airnya begitu jernih. Kalau air ini masih ada dan kita ada di dekatnya, kita bisa meminum air tersebut," tambah John Grotzinger, manajer NASA.

Kapan tepatnya masa di saat Mars bisa dihuni dan mendukung kehidupan dan bukti kebenaran analisa tersebut, sejauh ini masih belum jelas sepenuhnya.

"Apakah masanya bersamaan dengan waktu ketika bumi juga bisa dihuni, kami belum tahu. Kami masih harus terus menelitinya,” katanya.

Hasil penemuan "Curiosity" kini akan diperkuat dengan penelitian sampel tanah lebih lanjut. Robot penjelajah ini mendarat di Mars bulan Agustus tahun lalu, setelah melewati masa perjalanan di angkasa luar selama lebih dari delapan bulan.

Misi senilai US$ 2,5 miliar ini rencananya akan berlangsung selama dua tahun.

Curiosity Menuju Gunung di Mars
Perjalanan Curiosity tertunda karena penemuan-penemuan menakjubkan yang dilakukannya.

Mars Science Laboratory (MSL) atau lebih populer dengan nama Curiosity, dirancang untuk menjelajahi Planet Mars. Spesifikasi alat yang dimilikinya memungkinkan pengeboran batu untuk mencari komponen tertentu. (Thinkstockphoto).
Meski mundur dari jadwal yang sudah dijadwalkan, rover milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Curiosity, menuju Mount Sharp di Mars. Perjalanan dimulai Senin (8/7) dan diperkirakan memakan waktu perjalanan antara sembilan bulan hingga satu tahun.
Sebelumnya, pada Jumat (5/7), Curiosity melaju sejauh 18 meter dari Kawah Gale. Senin kemarin, jarak itu bertambah menjadi 40 meter. Secara keseluruhan, sejak rover ini mendarat di Mars pada 5 Agustus 2012 silam, ia sudah menempuh jarak 915 meter.
Curiosity mendarat di Kawah Gale, dekat garis ekuator Mars dan sudah menemukan lingkungan yang mampu menampung kehidupan. Penemuan-penemuan macam inilah yang membuatnya tertunda menuju Mount Sharp --gunung yang penuh lapisan batu untuk dipelajari oleh para pakar. (Simak foto-foto jepretan Curiosity di sini)
Curiosity punya banyak tugas sebelum menyamai jarak yang ditempuh "kakak"-nya, Opportunity. Rover terakhir disebut berhasil menempuh perjalanan total sejauh 35 kilometer.
Selama tujuh bulan terakhir, Curiosity berhasil menyelidiki area yang disebut Yellowknife Bay. Lokasi yang disebut menarik secara geologi ini memberi bukti-bukti sains menakjubkan, seperti pernah adanya aliran air di Mars.

Opportunity Beri Petunjuk Adanya "Laut Baltik" di Mars
Opportunity yang sempat terpental saat mendarat, memberi temuan luar biasa bagi umat manusia.
Opportunity, salah satu robot awal pionir penjelajahan Mars. (NASA/Wikimedia Commons)
2004 silam, NASA mengirimkan dua robotnya, Spirit dan Opportunity untuk mengeksplorasi Mars. Perjalanan Spirit mencari bukti adanya air di sini sempat membuat gusar penelitinya. Tapi pada akhirnya, bukti itu pun ditemukan.
Tetapi sesungguhnya Opportunity berhasil melengkahi Spirit dengan penemuan yang lebih baik beberapa bulan sebelumnya. Para ilmuwan di dalam misi ini telah memilihkan lokasi pendaratan untuk Opportunity, yaitu di sebuah dataran pada garis ekuator yang sangat rata dikenal sebagai Meridiani Planum.
Ini dikarenakan pesawat luar angkasa yang selama ini mengorbit di tempat tersebut telah mendeteksi tanda infra merah dari batuan hematit berwarna abu-abu di atas sebidang kecil tanah dari permukaan selebar ratusan kilometer. Ketika mendarat, Opportunity terpental 200 meter melintas di dekat daerah yang nyaris tak memiliki formasi batu, kawah dan lainnya. Lalu menjatuhkan diri - secara kebetulan - ke dalam kawah kecil selebar 20 meter.
Sekitar sembilan meter di sepanjang lingkaran kawah yang kemudian disebut Kawah Eagle ini adalah sebuah daerah batuan dasar berwarna pucat yang terbuka. Setelah bergerak perlahan melewati daerah batu berwana pucat tersebut, robot penjelajah pun mulai menggerus pemukaannya.
Lalu dia memindai bebatuan yang baru saja digerus untuk mengidentifikasi komposisi mineral serta kimia. Batuan itu diteliti dengan cermat memakai kamera multiple termasuk kamera mikroskop. Hasilnya, adalah sebuah tempat yang penuh dengan bukti-bukti bahwa sudut planet ini pernah dipenuhi dengan air.
Batuan berpori kaya akan mineral penyimpan air: magnesium sulfat (MgSO4) yang serupa dengan garam Epsom biasa, bromida, klorida dan senyawa-senyawa kimia yang kaya besi.Para ilmuwan menyimpulkan, semua mineral ini ditinggalkan saat air tanah asin merembes melalui pasir dan batuan berpori.
Yang paling hebat adalah sebuah batuan dasar sepanjang 30 sentimeter yang disebut Last Chance. Tak meragukan lagi menggambarkan lapisan-lapisan bergaris. Para ahli sedimentologi dalam tim ini pun bersorak gembira: “Silang siur (struktur sedimen yang saling silang siur/Crossbedding)!” 
Lanskap permukaan Planet Mars. (Thinkstockphoto)
Struktur ini dapat terbentuk ketika air yang mengalir mendorong riak air secara berturut-berturut melalui bagian bawah yang berpasir, dan membentuk sebuah pola yang terkubur dan diawetkan oleh proses sedimentasi kemudian.
“Anda bisa pergi ke pantai terdekat atau pinggiran sungai dan menggali pasir atau tanah di sekitarnya. Anda juga akan menemukan struktur yang sama,” ujar Dave Rubin, seorang ahli sedimentologi dari USGS.
Pada bulan-bulan berkutnya, Opportunity menemukan sedimentasi yang dibentuk atau diubah oleh air di berbagai bagian lokasi pendaratannya, terutama di kawah Endurance dengan sedimentasi setebal sembilan meter.
Kemudian, di kawah Eagle, Opportunity menemukan jenis daerah bebatuan dengan warna pucat yang sama bersama dengan sejumlah bukti bahwa semuanya dibentuk oleh air. Apabila keseluruhan daerah berbatu memang pernah terdiri dari air, menurut kalkulasi Hynek, daerah basah sekarang ini seharusnya sudah sebesar Laut Baltik di Bumi.
Simak juga Curiosity si penjelajah Mars yang dibahas dalam National Geographic Indonesia edisi Juli 2013 di tautan ini. Sedangkan kisah lengkap mengenai misi Spirit dan Opportunity ini pernah dituangkan dalam National Geographic Indonesia edisi Juli 2005.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar