WASHINGTON] NASA mengumumkan telah menemukan daerah yang
dulunya bisa dihuni di Planet Mars. Ini keberhasilan terbesar robot Mars
"Curiosity".
Penemuan ini berkat sebuah sekop kecil penuh dengan debu batuan Mars. Mars yang dijuluki Planet Merah, dulunya memiliki kondisi yang dapat mendukung adanya kehidupan.
Demikian menurut badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA dalam laporannya baru-baru ini. Ini untuk pertama kalinya NASA menemukan lingkungan yang berpotensi mendukung kehidupan ditemukan di luar bumi.
Robot penjelajah Mars Curiosity menemukan zat kimia pendukung kehidupan pada sampel bebatuan. Hasil analisa laboratorium robot tersebut menunjukkan adanya jejak unsur oksigen, karbon, hidrogen, fosfor, nitrogen, dan sulfur.
Air di Mars
Air yang mengalir di kawasan perbukitan, dulu memiliki nilai keasaman yang relatif netral, jelas ilmuwan NASA Michael Meyer.
Pada lokasi dimana Rover mengebor Mars, dulunya bisa jadi merupakan sungai atau danau.
"Dulu airnya begitu jernih. Kalau air ini masih ada dan kita ada di dekatnya, kita bisa meminum air tersebut," tambah John Grotzinger, manajer NASA.
Kapan tepatnya masa di saat Mars bisa dihuni dan mendukung kehidupan dan bukti kebenaran analisa tersebut, sejauh ini masih belum jelas sepenuhnya.
"Apakah masanya bersamaan dengan waktu ketika bumi juga bisa dihuni, kami belum tahu. Kami masih harus terus menelitinya,” katanya.
Hasil penemuan "Curiosity" kini akan diperkuat dengan penelitian sampel tanah lebih lanjut. Robot penjelajah ini mendarat di Mars bulan Agustus tahun lalu, setelah melewati masa perjalanan di angkasa luar selama lebih dari delapan bulan.
Misi senilai US$ 2,5 miliar ini rencananya akan berlangsung selama dua tahun.
Penemuan ini berkat sebuah sekop kecil penuh dengan debu batuan Mars. Mars yang dijuluki Planet Merah, dulunya memiliki kondisi yang dapat mendukung adanya kehidupan.
Demikian menurut badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA dalam laporannya baru-baru ini. Ini untuk pertama kalinya NASA menemukan lingkungan yang berpotensi mendukung kehidupan ditemukan di luar bumi.
Robot penjelajah Mars Curiosity menemukan zat kimia pendukung kehidupan pada sampel bebatuan. Hasil analisa laboratorium robot tersebut menunjukkan adanya jejak unsur oksigen, karbon, hidrogen, fosfor, nitrogen, dan sulfur.
Air di Mars
Air yang mengalir di kawasan perbukitan, dulu memiliki nilai keasaman yang relatif netral, jelas ilmuwan NASA Michael Meyer.
Pada lokasi dimana Rover mengebor Mars, dulunya bisa jadi merupakan sungai atau danau.
"Dulu airnya begitu jernih. Kalau air ini masih ada dan kita ada di dekatnya, kita bisa meminum air tersebut," tambah John Grotzinger, manajer NASA.
Kapan tepatnya masa di saat Mars bisa dihuni dan mendukung kehidupan dan bukti kebenaran analisa tersebut, sejauh ini masih belum jelas sepenuhnya.
"Apakah masanya bersamaan dengan waktu ketika bumi juga bisa dihuni, kami belum tahu. Kami masih harus terus menelitinya,” katanya.
Hasil penemuan "Curiosity" kini akan diperkuat dengan penelitian sampel tanah lebih lanjut. Robot penjelajah ini mendarat di Mars bulan Agustus tahun lalu, setelah melewati masa perjalanan di angkasa luar selama lebih dari delapan bulan.
Misi senilai US$ 2,5 miliar ini rencananya akan berlangsung selama dua tahun.
Curiosity Menuju
Gunung di Mars
Perjalanan Curiosity tertunda karena
penemuan-penemuan menakjubkan yang dilakukannya.
Mars Science
Laboratory (MSL) atau lebih populer dengan nama Curiosity, dirancang untuk
menjelajahi Planet Mars. Spesifikasi alat yang dimilikinya memungkinkan
pengeboran batu untuk mencari komponen tertentu. (Thinkstockphoto).
Meski
mundur dari jadwal yang sudah dijadwalkan, rover milik Badan Penerbangan
dan Antariksa AS (NASA), Curiosity, menuju Mount Sharp di Mars. Perjalanan
dimulai Senin (8/7) dan diperkirakan memakan waktu perjalanan antara sembilan
bulan hingga satu tahun.
Sebelumnya,
pada Jumat (5/7), Curiosity melaju sejauh 18 meter dari Kawah Gale. Senin
kemarin, jarak itu bertambah menjadi 40 meter. Secara keseluruhan, sejak
rover ini mendarat di Mars pada 5 Agustus 2012 silam, ia sudah menempuh
jarak 915 meter.
Curiosity
mendarat di Kawah Gale, dekat garis ekuator Mars dan sudah menemukan lingkungan
yang mampu menampung kehidupan. Penemuan-penemuan
macam inilah yang membuatnya tertunda menuju Mount Sharp --gunung yang penuh
lapisan batu untuk dipelajari oleh para pakar. (Simak foto-foto jepretan
Curiosity di sini)
Curiosity
punya banyak tugas sebelum menyamai jarak yang ditempuh "kakak"-nya,
Opportunity. Rover terakhir disebut berhasil menempuh perjalanan total sejauh
35 kilometer.
Selama
tujuh bulan terakhir, Curiosity berhasil menyelidiki area yang disebut
Yellowknife Bay. Lokasi yang disebut menarik secara geologi ini memberi
bukti-bukti sains menakjubkan, seperti pernah adanya aliran air di Mars.
Opportunity
Beri Petunjuk Adanya "Laut Baltik" di Mars
Opportunity yang sempat terpental saat
mendarat, memberi temuan luar biasa bagi umat manusia.
Opportunity, salah
satu robot awal pionir penjelajahan Mars. (NASA/Wikimedia Commons)
2004
silam, NASA mengirimkan dua robotnya, Spirit dan Opportunity untuk
mengeksplorasi Mars. Perjalanan Spirit mencari bukti adanya air di sini sempat
membuat gusar penelitinya. Tapi pada akhirnya,
bukti itu pun ditemukan.
Tetapi
sesungguhnya Opportunity berhasil melengkahi Spirit dengan penemuan yang lebih
baik beberapa bulan sebelumnya. Para ilmuwan di dalam misi ini telah memilihkan
lokasi pendaratan untuk Opportunity, yaitu di sebuah dataran pada garis ekuator
yang sangat rata dikenal sebagai Meridiani Planum.
Ini
dikarenakan pesawat luar angkasa yang selama ini mengorbit di tempat tersebut
telah mendeteksi tanda infra merah dari batuan hematit berwarna abu-abu di atas
sebidang kecil tanah dari permukaan selebar ratusan kilometer. Ketika mendarat,
Opportunity terpental 200 meter melintas di dekat daerah yang nyaris tak
memiliki formasi batu, kawah dan lainnya. Lalu menjatuhkan diri - secara
kebetulan - ke dalam kawah kecil selebar 20 meter.
Sekitar
sembilan meter di sepanjang lingkaran kawah yang kemudian disebut Kawah Eagle
ini adalah sebuah daerah batuan dasar berwarna pucat yang terbuka. Setelah
bergerak perlahan melewati daerah batu berwana pucat tersebut, robot penjelajah
pun mulai menggerus pemukaannya.
Lalu
dia memindai bebatuan yang baru saja digerus untuk mengidentifikasi komposisi
mineral serta kimia. Batuan itu diteliti dengan cermat memakai kamera multiple
termasuk kamera mikroskop. Hasilnya, adalah sebuah tempat yang penuh dengan
bukti-bukti bahwa sudut planet ini pernah dipenuhi dengan air.
Batuan
berpori kaya akan mineral penyimpan air: magnesium sulfat (MgSO4) yang serupa
dengan garam Epsom biasa, bromida, klorida dan senyawa-senyawa kimia yang kaya
besi.Para ilmuwan menyimpulkan, semua mineral ini ditinggalkan saat air tanah
asin merembes melalui pasir dan batuan berpori.
Yang
paling hebat adalah sebuah batuan dasar sepanjang 30 sentimeter yang disebut
Last Chance. Tak meragukan lagi menggambarkan lapisan-lapisan bergaris. Para
ahli sedimentologi dalam tim ini pun bersorak gembira: “Silang siur (struktur
sedimen yang saling silang siur/Crossbedding)!”
Lanskap permukaan
Planet Mars. (Thinkstockphoto)
Struktur
ini dapat terbentuk ketika air yang mengalir mendorong riak air secara
berturut-berturut melalui bagian bawah yang berpasir, dan membentuk sebuah pola
yang terkubur dan diawetkan oleh proses sedimentasi kemudian.
“Anda
bisa pergi ke pantai terdekat atau pinggiran sungai dan menggali pasir atau
tanah di sekitarnya. Anda juga akan menemukan struktur yang sama,” ujar Dave
Rubin, seorang ahli sedimentologi dari USGS.
Pada
bulan-bulan berkutnya, Opportunity menemukan sedimentasi yang dibentuk atau
diubah oleh air di berbagai bagian lokasi pendaratannya, terutama di kawah
Endurance dengan sedimentasi setebal sembilan meter.
Kemudian,
di kawah Eagle, Opportunity menemukan jenis daerah bebatuan dengan warna pucat
yang sama bersama dengan sejumlah bukti bahwa semuanya dibentuk oleh air.
Apabila keseluruhan daerah berbatu memang pernah terdiri dari air, menurut
kalkulasi Hynek, daerah basah sekarang ini seharusnya sudah sebesar Laut Baltik
di Bumi.
Simak
juga Curiosity si penjelajah Mars yang dibahas dalam National Geographic
Indonesia edisi Juli 2013 di tautan ini. Sedangkan kisah
lengkap mengenai misi Spirit dan Opportunity ini pernah dituangkan dalam National
Geographic Indonesia edisi Juli 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar