Kehidupan adalah ciri yang membedakan objek yang
memiliki isyarat dan proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang
tidak memilikinya,[1][2] baik karena fungsi-fungsi tersebut telah mati atau
karena mereka tidak memiliki fungsi tersebut dan diklasifikasikan sebagai benda
mati. Ilmu yang berkaitan dengan studi tentang kehidupan adalah biologi.
Organisme hidup
mengalami metabolisme, mempertahankan homeostasis, memiliki kapasitas untuk tumbuh, menanggapi rangsangan,
bereproduksi, dan—melalui seleksi alam—beradaptasi dengan lingkungan mereka dalam generasi berturut-turut.
Organisme hidup yang lebih kompleks dapat berkomunikasi melalui berbagai cara.
Sebuah susunan beragam dari organisme hidup (bentuk kehidupan) dapat ditemukan
di biosfer di bumi, dan sifat-sifat umum dari organisme ini—tumbuhan, hewan, fungi, protista, archaea, dan bakteri—adalah bentuk sel berbasis karbon dan air, dengan organisasi kompleks
dan informasi genetik yang bisa diwariskan.
Dalam filsafat dan agama, konsepsi kehidupan dan sifatnya
bervariasi. Keduanya menawarkan interpretasi mengenai bagaimana kehidupan
berkaitan dengan keberadaan dan kesadaran, dan keduanya menyentuh isu-isu
terkait, termasuk sikap hidup, tujuan, konsep tuhan atau dewa, jiwa atau kehidupan setelah kematian.
Definisi
Untuk
mendefinisikan "kehidupan" dalam istilah yang tegas masih merupakan
tantangan bagi para ilmuwan dan filsuf. Mendefinisikan "kehidupan"
adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan substansi
murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang
dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga, dengan itu, ilmuwan
tidak akan melewatkan kehidupan yang mungkin secara mendasar berbeda dari
kehidupan di bumi.
Biologi
Karena tidak
ada definisi tegas dari kehidupan, pemahaman saat ini bersifat deskriptif:
kehidupan merupakan ciri organisme yang menunjukkan semua atau sebagian besar
dari fenomena berikut, yaitu:
- Homeostasis: Pengaturan kondisi internal untuk mempertahankan keadaan konstan, misalnya, konsentrasi elektrolit atau mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu.
- Organisasi: Secara struktural terdiri dari satu atau lebih sel, yang merupakan satuan dasar kehidupan.
- Metabolisme: Transformasi energi dengan mengubah bahan kimia dan energi menjadi komponen selular (anabolisme) dan mengurai bahan organik (katabolisme). Makhluk hidup membutuhkan energi untuk mempertahankan organisasi internal (homeostasis) dan untuk menghasilkan fenomena lain yang terkait dengan kehidupan.
- Pertumbuhan: Pemeliharaan tingkat yang lebih tinggi dari katabolisme dan anabolisme. Organisme yang tumbuh bertambah dalam ukuran di semua bagian-bagiannya, bukan hanya sekadar mengumpulkan materi.
- Adaptasi: Kemampuan untuk berubah selama periode waktu dalam menanggapi lingkungan. Kemampuan ini merupakan hal mendasar untuk proses evolusi dan ditentukan oleh perwarisan watak organisme maupun komposisi zat yang di-metabolisme, dan berbagai faktor eksternal.
- Respon terhadap rangsangan: respon dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dari kontraksi organisme uniseluler terhadap bahan kimia eksternal, sampai dengan reaksi kompleks yang melibatkan semua indera organisme multiseluler. Tanggapan sering dinyatakan dengan gerak, misalnya, daun tanaman berbalik ke arah matahari (fototropisme) dan oleh kemotaksis.
- Reproduksi: Kemampuan untuk menghasilkan organisme individu baru, baik secara aseksual dari organisme orang tua tunggal, atau secara seksual dari dua organisme induk.
Usulan
Untuk mewakili fenomena minimum yang diperlukan, beberapa
definisi biologis lain telah diusulkan, antara lain:
- Sebuah jaringan umpan balik negatif rendah (mekanisme regulasi) yang berada di bawah umpan balik positif yang lebih tinggi (potensi ekspansi, reproduksi)
- Definisi sistemik kehidupan adalah bahwa makhluk hidup bersifat mengorganisir diri dan autopoiesis (memproduksi sendiri). Variasi dari definisi ini mencakup definisi Stuart Kauffman sebagai agen otonom atau sistem multi-agen yang mampu mereproduksi dirinya sendiri atau diri mereka sendiri, dan menyelesaikan setidaknya satu siklus kerja termodinamika.
- Hidup adalah sistem kimia mandiri yang mampu menjalani evolusi Darwin.
- Hal-hal yang memiliki kemampuan untuk metabolisme dan pergerakan.
- Hidup adalah penundaan pembauran atau penyebaran spontan energi internal dari biomolekul menuju kondisi mikro yang lebih potensial.
- Makhluk hidup adalah sistem termodinamika yang memiliki struktur molekul yang terorganisir.
Virus
Virus lebih sering dianggap sebagai replikator daripada
sebagai bentuk kehidupan. Mereka telah digambarkan sebagai "organisme di
tepi kehidupan," karena mereka memiliki gen, berevolusi dengan seleksi alam, dan mereplikasi dengan menciptakan beberapa salinan
dari diri mereka sendiri melalui perakitan diri. Namun, virus tidak bermetabolisme dan memerlukan sel induk untuk membuat produk baru.
Perakitan diri virus dalam sel induk memiliki implikasi untuk studi asal usul
kehidupan, karena dapat mendukung hipotesis bahwa kehidupan dapat dimulai dari molekul organik yang bersifat merakit diri.
Biofisika
Ahli biofisika
juga berkomentar tentang sifat dan kualitas dari bentuk-bentuk
kehidupan—terutama bahwa mereka berfungsi pada entropi negatif. Secara lebih rinci, menurut fisikawan seperti John
Bernal, Erwin
Schrödinger, Eugene Wigner, dan John
Avery, kehidupan
adalah anggota dari kelas fenomena yang terbuka atau terus-menerus mampu
menurunkan entropi internal mereka, dengan mengorbankan substansi atau energi
bebas yang diambil
dari lingkungan dan kemudian ditolak dalam bentuk terdegradasi.
Teori sistem kehidupan
Dalam beberapa
dekade terakhir, sejumlah ilmuwan telah mengusulkan beberapa teori sistem kehidupan
yang bersifat umum yang diperlukan untuk menjelaskan sifat dari kehidupan.
Teori umum semacam itu, yang muncul dari ilmu ekologi dan biologi, berupaya
untuk memetakan prinsip-prinsip umum untuk bagaimana semua sistem yang hidup
bekerja. Alih-alih memeriksa fenomena dengan mencoba memilah-milah berbagai hal
ke dalam bagian-bagian komponennya, teori sistem kehidupan yang umum
menyelidiki fenomena dalam hal pola dinamis dari hubungan organisme dengan
lingkungan mereka.
Hipotesis Gaia
Gagasan bahwa
bumi hidup sudah ada sejak dahulu, tetapi gagasan tersebut baru dikemukakan
sebagai fakta ilmiah oleh ilmuwan Skotlandia, James Hutton, pada tahun 1785. Ia menyatakan bahwa bumi adalah
superorganisme, dan bahwa penelitian yang tepat harus fisiologis. Hutton dikenang sebagai bapak geologi, tetapi gagasan tentang bumi yang hidup dilupakan dalam
reduksionisme kuat dari abad ke-19.
Hipotesis Gaia, yang awalnya diusulkan pada tahun
1960 oleh ilmuwan James Lovelock,merupakan gagasan bahwa kehidupan di
bumi berfungsi sebagai organisme tunggal yang benar-benar mendefinisikan dan
memelihara kondisi lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Ketidakterpecahan
Robert Rosen (1991) membuat asumsi bahwa kekuatan penjelas dari
pandangan dunia mekanistik tidak dapat membantu memahami sistem kehidupan.
Salah satu klarifikasi penting yang ia buat adalah untuk mendefinisikan
komponen sistem sebagai "sebuah satuan organisasi;. Bagian dengan fungsi,
yaitu, hubungan pasti antara bagian dan keseluruhan." Dari konsep ini dan
konsep awal lainnya, ia mengembangkan sebuah "teori relasional dalam
sistem" yang mencoba untuk menjelaskan sifat-sifat khusus dari kehidupan. Secara
khusus, ia mengidentifikasi "komponen ketidakterpecahan dalam
organisme" sebagai perbedaan mendasar antara sistem kehidupan dan
"mesin biologis."[31]
Kehidupan sebagai sifat ekosistem
Sebuah
pandangan sistem terhadap kehidupan memperlakukan alur lingkungan dan alur
biologi bersama-sama sebagai "timbal balik pengaruh",[32] dan hubungan timbal balik dengan lingkungan ini bisa
dibilang penting untuk memahami kehidupan sebagaimana untuk memahami ekosistem.
Sebagaimana Harold J. Morowitz (1992) menjelaskan, kehidupan adalah lebih
berupa sifat dari sebuah sistem ekologi daripada suatu organisme tunggal atau
spesies.[33] Dia berpendapat bahwa definisi ekosistem dari kehidupan
adalah lebih dipilih untuk bidang biokimia atau fisika. Robert Ulanowicz (2009)
juga menggarisbawahi mutualisme sebagai kunci untuk memahami sistem,
menghasilkan perilaku kehidupan dan ekosistem.[34]
Teori awal mengenai kehidupan
Materialisme
Beberapa teori
paling awal mengenai kehidupan bersifat materialis, menyatakan bahwa semua yang ada adalah materi, dan
bahwa semua kehidupan pada dasarnya adalah bentuk atau pengaturan yang kompleks
dari materi. Empedokles (430 SM) berpendapat bahwa setiap hal
di alam semesta terdiri dari kombinasi empat "elemen" abadi atau
"akar dari semua": bumi, air, udara, dan api. Semua perubahan
dijelaskan oleh pengaturan dan penataan ulang dari empat elemen tersebut.
Berbagai bentuk kehidupan disebabkan oleh campuran yang tepat dari unsur-unsur.
Misalnya, pertumbuhan tanaman disebabkan oleh gerakan ke bawah secara alami
unsur bumi dan gerakan ke atas secara alami dari api.
Demokritos (460 SM), murid Leukippos, berpikir bahwa karakteristik penting dari kehidupan
adalah memiliki jiwa (psyche). Sama seperti dengan penulis kuno lainnya,
ia juga menggunakan istilah tersebut untuk mengartikan prinsip makhluk hidup
yang menyebabkan mereka berfungsi sebagai makhluk hidup. Dia berpikir bahwa
jiwa terdiri dari atom api, karena hubungan nyata antara hidup dan panas, dan
karena api bergerak. Dia juga menyatakan bahwa manusia pada awalnya hidup
seperti binatang, secara bertahap mengembangkan masyarakat untuk membantu
sesama, memulai bahasa, dan mengembangkan kerajinan dan pertanian. Dalam revolusi ilmiah abad ke-17, ide-ide mekanistik dihidupkan kembali
oleh filsuf seperti René Descartes.
Hylemorfisme
Hylemorfisme adalah teori yang berasal dari Aristoteles (322 SM) yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah
kombinasi dari materi dan bentuk. Aristoteles adalah salah satu penulis kuno
pertama yang melakukan pendekatan pada subjek hidup dengan cara ilmiah. Biologi
adalah salah satu minat utamanya, dan terdapat bahan biologi yang ekstensif
dalam tulisan-tulisannya. Menurut dia, segala sesuatu di alam semesta material
memiliki unsur materi dan bentuk. Bentuk dari suatu makhluk hidup adalah
jiwanya (dalam bahasa Yunani, psyche , Latin anima).
Menurut Aristoteles, terdapat tiga macam jiwa, yaitu:
- "jiwa vegetatif" tanaman, yang menyebabkan mereka untuk tumbuh dan membusuk dan memelihara diri mereka sendiri, tetapi tidak menyebabkan gerakan dan sensasi
- "jiwa hewan" yang menyebabkan hewan untuk bergerak dan merasa;
- jiwa rasional yang merupakan sumber kesadaran dan penalaran yang (Aristoteles yakini) hanya ada pada manusia.
Setiap jiwa
yang lebih tinggi memiliki semua atribut dari jiwa yang lebih rendah.
Aristoteles percaya bahwa walau materi bisa ada tanpa forma, forma tidak bisa
ada tanpa materi, sehingga jiwa tidak bisa ada tanpa tubuh.
Penjelasan yang
selaras dengan hylemorfisme adalah penjelasan teleologis mengenai kehidupan. Sebuah penjelasan teleologis
menjelaskan mengenai fenomena dalam maksud atau arah tujuan dari fenomena
tersebut. Maka, warna putih beruang kutub dijelaskan dengan tujuan kamuflase.
Arah sebab-akibat semacam ini bersifat berlawanan dengan ilmu pengetahuan
materialistik, yang menjelaskan akibat dari penyebab sebelumnya. Ahli biologi
modern sekarang menolak pandangan fungsional ini dari segi materi dan
sebab-akibat: ciri biologis harus dijelaskan bukan dengan melihat ke depan
untuk hasil yang optimal di masa depan, tetapi dengan melihat mundur ke masa
lalu sejarah evolusi suatu spesies, yang mengarah kepada seleksi alam dari objek yang dipertanyakan.
Vitalisme
Vitalisme adalah keyakinan bahwa
prinsip-kehidupan pada dasarnya tidak material. Gagasan ini berasal dari Georg Ernst Stahl (abad ke-17), dan bertahan hingga
pertengahan abad ke-19.. Vitalisme menjadi daya tarik bagi filsuf seperti Henri Bergson, Friedrich
Nietzsche, Wilhelm Dilthey, ahli anatomi seperti Marie
François Xavier Bichat, dan ahli kimia seperti Justus Liebig.
Vitalisme
menyokong ide pemisahan fundamental antara bahan organik dan anorganik, dan
keyakinan bahwa materi organik hanya dapat berasal dari makhluk hidup. Hal ini
dibantah pada tahun 1828 ketika Friedrich Wöhler menyiapkan urea dari bahan anorganik. Sintesis Wöhler tersebut dianggap sebagai titik awal kimia organik
modern. Hal tersebut merupakan peristiwa bersejarah, karena untuk pertama
kalinya suatu senyawa organik yang dihasilkan dari reaktan anorganik.
Kemudian, Hermann von
Helmholtz, didahului
oleh Julius Robert
von Mayer, menunjukkan
bahwa tidak ada energi yang hilang dalam gerakan otot, yang menunjukkan bahwa
tidak ada "kekuatan vital" yang diperlukan untuk menggerakkannya.
Pengamatan empiris ini menyebabkan diabaikannya teori vitalistik dalam sains,
meskipun keyakinan ini tetap hidup dalam teori-teori non-ilmiah seperti homeopati, yang menafsirkan bahwa berbagai penyakit disebabkan
oleh gangguan pada kekuatan vital atau kekuatan hidup.
Asal-usul
Bukti
menunjukkan bahwa kehidupan di bumi telah ada sekitar 3,7 miliar tahun. Semua
bentuk kehidupan yang dikenal punya mekanisme molekuler dasar, dan berdasarkan
pengamatan ini, teori-teori tentang asal usul kehidupan berupaya menemukan
mekanisme yang menjelaskan pembentukan satu sel organisme primordial dari mana
semua kehidupan berasal. Ada berbagai hipotesis yang berbeda tentang jalan yang
dilalui dari molekul organik sederhana melalui kehidupan
pra-selular menuju protosel dan metabolisme. Banyak model jatuh ke dalam
kategori "gen pertama" atau kategori "metabolisme-pertama",
tetapi tren terbaru adalah munculnya model hibrida yang menggabungkan kedua
kategori.
Tak ada
konsensus ilmiah mengenai bagaimana kehidupan bermula dan semua teori yang
diusulkan sangatlah spekulatif. Bagaimanapun juga, kebanyakan model ilmiah yang
diterima dibangun dengan satu atau lain cara di atas hipotesis-hipotesis
sebagai berikut:
- Percobaan Miller-Urey dan karya Sidney W. Fox yang menyatakan bahwa kondisi bumi yang primitif mungkin lebih mendukung reaksi-reaksi kimia yang menyintesiskan sebagian asam amino dan senyawa organik lainnya dari prekursor non-organik.
- Fosfolipid secara spontan membentuk lipid bilayer, struktur dasar dari membran sel.
Kehidupan
seperti yang kita kenal sekarang ini menyintesis protein, yang merupakan polimer dari asam amino menggunakan instruksi yang dikodekan
oleh gen-gen seluler—yang merupakan polimer dari asam
deoksiribonukleat (DNA). Sintesis protein juga memerlukan perantara polimer asam ribonukleat (RNA). Salah satu kemungkinan adalah bahwa gen muncul
pertamadan kemudian protein. Kemungkinan lain adalah bahwa protein muncul lebih
duludan lalu gen. Namun, karena gen diperlukan untuk membuat protein, dan
protein juga diperlukan untuk membuat gen, mempertimbangkan masalah yang mana
yang muncul lebih dulu seperti mempermasalahkan ayam atau telur.
Kebanyakan
ilmuwan telah mengadopsi hipotesis bahwa karena DNA dan protein berfungsi
bersama-sama dengan intim, tampak tidak mungkin bahwa mereka muncul secara
independen. Oleh karena itu, banyak ilmuwan mempertimbangkan kemungkinan, yang
tampaknya pertama kali diusulkan oleh Francis Crick, bahwa kehidupan pertama berbasis pada perantara
DNA-protein: RNA. Bahkan, RNA memiliki sifat penyimpanan informasi dan
replikasi dan sifat katalitik dari beberapa protein yang mirip DNA.
Crick dan ilmuwan lainnya mendukung hipotesis
RNA-pertamabahkan sebelum
sifat katalitik RNA telah ditunjukkan oleh Thomas Cech.[48]
Sebuah masalah
yang penting dalam hipotesis RNA-pertama adalah bahwa eksperimenyang dirancang
untuk menyintesis RNA dari prekursor sederhana belum seberhasil seperti
percobaan Miller-Urey yang menyintesis molekul organik lainnya dari prekursor
anorganik. Salah satu alasan dari kegagalan membuat RNA di laboratorium adalah
bahwa prekursor RNA sangat stabil dan tidak bereaksi satu sama lain dalam
keadaan ambien. Namun, sintesis molekul RNA tertentu yang berhasil dalam
keadaan yang diduga sama seperti saat sebelum kehidupan muncul di Bumi telah
dicapai dengan menambahkan prekursor alternatif dalam urutan tertentu dengan
prekursor fosfat dihadirkan selama reaksi. Penelitian ini membuat
hipotesis RNA-pertama lebih masuk akal bagi banyak ilmuwan.
Percobaan
terbaru telah menunjukkan evolusi Darwin sejati dari enzim RNA unik (ribozim) terdiri dari dua komponen katalitik terpisah yang
mereplikasi satu sama lain secara in vitro. Dalam menjelaskan hal ini
dari laboratoriumnya, Gerald
Joyce menyatakan:
"Ini adalah contoh pertama, di luar biologi, dari adaptasi evolusioner
dalam sistem genetika molekuler." Percobaan tersebut membuat kemungkinan
adanya dunia RNA primordial menjadi lebih menarik bagi banyak ilmuwan.
Kondisi kehidupan
Cyanobacteria mengubah komposisi bentuk kehidupan di Bumi dengan merangsang keanekaragaman
hayati dan hampir
memunahkan organisme-organisme
yang tidak memerlukan oksigen.
Keanekaragaman
kehidupan di Bumi saat ini adalah hasil dari interaksi dinamis antara
kesempatan genetis, kemampuan metabolisme, tantangan lingkungan,dan simbiosis.
Hampir selama keberadaannya, lingkungan Bumi yang dapat dihuni telah didominasi
oleh mikroorganisme dan berada di bawah metabolisme mereka
dan evolusi. Sebagai akibat dari aktivitas mikroba tersebut pada skala waktu
geologis, lingkungan
fisik-kimia di Bumi telah berubah, sehingga menentukan jalan evolusi kehidupan
berikutnya.Sebagai contoh, pelepasan oksigen molekular oleh cyanobacteria sebagai hasil tambahan fotosintesis menyebabkan perubahan global. Lingkungan yang berubah
menimbulkan tantangan evolusi baru untuk organisme yang ada saat itu, yang
akhirnya menagkibatkan pembentukan hewan dan tumbuhan di planet kita. Oleh
sebab itu "ko-evolusi" antara organisme dan lingkungan mereka
tampaknya merupakan ciri yang melekat dari sistem kehidupan.
Jangkauan ketahanan
Komponen lembam
dari ekosistem adalah faktor fisis dan kimia yang diperlukan untuk
kehidupan—energi (sinar matahari atau energi kimia), air, suhu, atmosfer, gravitasi, nutrisi, dan perlindungan dari radiasi matahari. Dalam kebanyakan ekosistem
kondisi-kondisi yang ada bervariasi sepanjang hari dan sering berubah dari satu
musim ke musim berikutnya. Untuk hidup dalam banyak ekosistem , maka, organisme
harus mampu bertahan dalam berbagai kondisi, yang disebut "jangkauan
ketahanan." Di luar itu adalah "zona stres fisiologis," tempat
kelangsungan hidup dan reproduksi masih dimungkinkan tetapi tidak optimal. Di
luar zona ini adalah "zona ketidaktahanan," yang tidak memungkinkan
organisme tersebut untuk hidup. Telah ditentukan bahwa organisme yang memiliki
jangkauan ketahanan lebih luas akan lebih menyebar daripada organisme dengan
jangkauan ketahanan yang sempit.
Ekstremofili
Deinococcus
radiodurans dapat bertahan dari paparan radiasi.
Untuk bertahan
hidup, beberapa mikroorganisme dapat mengambil bentuk yang memungkinkan mereka
untuk tahan terhadap pembekuan, pengeringan mutlak, kelaparan, tingkat paparan radiasi yang tinggi, dan tantangan
fisik atau kimia lainnya. Selain itu, beberapa mikroorganisme dapat bertahan
terhadap paparan kondisi seperti itu selama hitungan minggu, bulan, tahun, atau
bahkan abad.
Ekstremofili
adalah bentuk-bentuk kehidupan mikroba yang berkembang di luar rentang
kehidupan yang biasa ditemukan. Mereka juga unggul dalam pemanfaatan sumber
energi yang tak biasa. Sementara semua organisme tersusun dari molekul yang
hampir identik, evolusi telah memungkinkan mikroba tersebut untuk mengatasi
berbagai kondisi fisik dan kimia yang luas ini. Karakterisasi struktur dan
keragaman metabolisme dari komunitas mikroba di lingkungan yang ekstrem
tersebut terus berlangsung. Pemahaman tentang kegigihan dan fleksibilitas dari
kehidupan di Bumi, sebagaimana pemahaman tentang sistem molekuler yang
dimanfaatkan beberapa organisme untuk bertahan hidup di kondisi ekstrem, akan
memberikan landasan yang penting untuk mencari kehidupan
di luar Bumi.
Unsur kimia yang diperlukan
Semua bentuk
kehidupan membutuhkan unsur kimia tertentu yang diperlukan untuk fungsi biokimia. Unsur ini meliputi karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, fosfor, dan sulfur—makronutrisi untuk semua organisme
Bersama, unsur-unsur ini membentuk asam nukleat, protein dan lipid, bagian besar dari materi hidup.
Hipotesis
alternatif biokimia telah diajukan dengan menghilangkan satu atau lebih dari
unsur-unsur, dengan menukar suatu unsur dengan unsur lain yang tidak ada dalam
daftar, atau mengubah keulinan yang diperlukan atau sifat kimia lainnya.
Klasifikasi kehidupan
Delapan tingkat
taksonomi dalam hierarki klasifikasi biologi, yang merupakan contoh dari definisi oleh genus dan differentia. Kehidupan dibagi menjadi
domain-domain, yang dibagi dalam kelompok-kelompok lebih lanjut. Peringkat
kecil menengah tidak ditampilkan.
Secara
tradisional, manusia telah membagi organisme ke dalam kelas tumbuhan dan hewan,
yang didasarkan terutama pada kemampuan mereka untuk bergerak. Upaya pertama
yang diketahui untuk mengklasifikasikan organisme dilakukan oleh filsuf Yunani
Aristoteles (384-322 SM). Ia menglasifikasikan semua organisme hidup yang
dikenal saat itu sebagai tanaman dan binatang. Aristoteles membedakan hewan
dengan darah dari hewan tanpa darah (atau setidaknya tanpa darah merah), yang
bisa dibandingkan dengan konsep vertebrata dan invertebrata. Ia membagi hewan berdarah ke dalam lima kelompok: hewan
berkaki empat yang melahirkan (mamalia), burung, hewan berkaki empat yg bertelur (reptil dan amfibi), ikan dan paus.
Hewan-hewan
tanpa darah juga dibagi menjadi lima kelompok: cephalopoda, crustacea, serangga (yang juga termasuk laba-laba, kalajengking, dan kelabang, selain apa yang sekarang kita definisikan sebagai
serangga), hewan bercangkang (seperti moluska dan kebanyakan echinodermata) dan "zoofit." Meskipun karya Aristoteles dalam zoologi bukan
tanpa kesalahan, itu adalah sintesis biologis terbesar saat itu dan tetap
menjadi otoritas tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya.
Penjelajahan benua Amerika mengungkapkan sejumlah besar tanaman dan hewan baru yang
memerlukan deskripsi dan klasifikasi. Di akhir abad ke-16 dan awal abad 17,
penelitian terhadap hewan dimulai dan secara bertahap diperluas sampai
membentuk bidang pengetahuan yang cukup untuk berfungsi sebagai dasar anatomi
bagi klasifikasi.
Pada akhir
tahun 1740-an, Carolus Linnaeus memperkenalkan metodenya, yang masih
digunakan, untuk merumuskan nama ilmiah dari setiap spesies. Linnaeus berupaya
untuk memperbaiki komposisi dan mengurangi panjang dari nama yang terdiri dari
banyak kata dengan menghapuskan retorika yang tidak perlu, memperkenalkan
ketentuan deskriptif baru dan mendefinisikan maknanya dengan presisi yang belum
pernah ada.
Dengan
konsisten menggunakan sistem itu, Linnaeus memisahkan nomenklatur dari taksonomi. Konvensi penamaan untuk spesies ini disebut sebagai nomenklatur
binomial.
Linnaeus
1735 2 kerajaan |
Haeckel
1866 3 kerajaan |
Copeland
1938 4 kerajaan |
Whittaker
1969 5 kerajaan |
Woese et al.
1977 6 kerajaan |
Woese et al.
1990 3 domain |
Cavalier-Smith
2004 6 kerajaan |
|
(tidak
ditangani)
|
Mychota
|
||||||
Jamur pada awalnya dianggap sebagai tanaman. Untuk jangka
pendek Linnaeus telah menempatkan mereka di kelompok Vermes dalam Animalia. Ia kemudian menempatkan mereka kembali
di Plantae. Herbert Copeland menglasifikasikan jamur dalam Protoctista, sehingga
menghindari masalah tetapi mengakui status khusus mereka.[62] Masalah itu akhirnya dipecahkan oleh Robert Whittaker, ketika ia memberi mereka kerajaan sendiri dalam sistem lima
kerajaannya. Ternyata,
jamur lebih erat dengan hewan daripada tumbuhan.[63]
Sebagaimana
penemuan baru memungkinkan kita untuk mempelajari sel dan mikroorganisme,
kelompok baru kehidupan ditemukan, dan bidang ilmu biologi sel dan mikrobiologi diciptakan. Organisme baru ini awalnya dijelaskan secara
terpisah dalam protozoa seperti hewan dan protofita
/ thalofita sebagai
tumbuhan, tetapi dipersatukan oleh Ernst Haeckel dalam kerajaannya protista, kemudian kelompok prokariota dipisahkan dalam kerajaan Monera, dan akhirnya kerajaan ini akan dibagi dalam dua
kelompok terpisah, bakteri dan Archaea, yang mengarah ke sistem enam
kerajaan dan akhirnya
ke sistem tiga
domain saat ini.
Klasifikasi
eukariota masih kontroversial, dan taksonomi protista masih bermasalah.
Sebagaimana mikrobiologi, biologi molekuler dan virologi dikembangkan, agen reproduksi non-selular ditemukan,
seperti virus dan viroid. Kadang-kadang entitas ini dianggap
hidup tetapi ada yang berpendapat bahwa virus bukan organisme hidup karena
mereka tidak memiliki karakteristik seperti membran sel, metabolisme dan tidak tumbuh atau merespon lingkungan mereka. Namun
Virus dapat digolongkan menjadi "spesies" yang didasarkan pada
biologi dan genetika, tetapi banyak aspek dari klasifikasi tersebut tetap
kontroversial.
Sejak tahun
1960 tren yang disebut kladistika muncul, yang mengatur taksa dalam pohon evolusi
atau filogenetika. Tidak jelas, apakah hal ini harus diimplementasikan, bagaimana kode yang
berbeda akan hidup berdampingan.
Kehidupan luar Bumi
Bumi adalah satu-satunya planet di alam semesta yang dikenal
memiliki kehidupan. Persamaan Drake, yang menghubungkan jumlah peradaban ekstraterestrial di
galaksi kita yang mungkin kita hubungi, telah digunakan untuk membahas
kemungkinan kehidupan di tempat lain, tetapi para ilmuwan tidak setuju pada
banyak nilai-nilai variabel dalam persamaan ini. Tergantung pada nilai-nilai
tersebut, persamaan dapat menunjukkan bahwa kehidupan bisa muncul sering maupun
jarang.
Daerah sekitar bintang deret
utama yang dapat
mendukung kehidupan seperti di Bumi di sebuah planet yang mirip Bumi dikenal
dengan sebutan zona layak huni. Jari-jari dalam dan luar zona ini
bervariasi dengan cahaya dari bintang, seperti halnya interval waktu selama
zona akan bertahan. Bintang yang lebih besar dari Matahari memiliki zona layak
huni yang lebih besar, tetapi akan tetap berada di deret utama untuk interval
waktu yang lebih singkat selama kehidupan dapat berevolusi. Bintang katai merah kecil memiliki masalah yang berlawanan, diperparah
dengan tingkat aktivitas
magnetik yang lebih
tinggi dan efek penguncian pasang surut dari orbit dekat. Oleh karena itu,
bintang-bintang di kisaran massa menengah seperti Matahari mungkin memiliki
kondisi yang optimal untuk kehidupan seperti di bumi untuk berkembang. Lokasi
bintang dalam galaksi juga dapat berdampak pada kemungkinan membentuk
kehidupan.
Panspermia adalah hipotesis yang menyatakan bahwa
kehidupan berasal tempat lain di alam semesta dan kemudian dipindahkan ke Bumi
dalam bentuk spora yang mungkin ditransfer melalui meteorit, komet atau debu
kosmik. Namun,
hipotesis ini tidak membantu menjelaskan asal usul kehidupan.
Kematian
Kematian adalah
penghentian permanen dari semua fungsi vital atau proses kehidupan pada sebuah
organisme atau sel. Setelah kematian, sisa-sisa organisme menjadi bagian dari siklus biogeokimia. Organisme dapat dikonsumsi oleh
pemangsa atau pemakan bangkai dan sisa materi organik kemudian dapat diurai
lebih lanjut oleh detritivora, organisme yang mendaur ulang detritus, mengembalikannya ke lingkungan untuk
digunakan kembali dalam rantai makanan.
Salah satu
tantangan dalam mendefinisikan kematian adalah dalam membedakannya dari
kehidupan. Kematian lebih mengacu pada saat di mana hidup berakhir, atau ketika
dimulainya saat setelah kehidupan. Bagaimanapun, menentukan kapan kematian
terjadi membutuhkan batas-batas konseptual yang tepat antara hidup dan mati.
Hal ini bermasalah—bagaimanapun—karena ada sedikit konsensus tentang bagaimana
mendefinisikan kehidupan. Sifat kematian selama ribuan tahun menjadi perhatian
utama tradisi agama dunia dan penyelidikan filosofis. Banyak agama menggunakan
konsep akhirat, reinkarnasi, atau kebangkitan.
Kepunahan
Kepunahan adalah proses bertahap saat sebuah
kelompok taksa atau spesies menghilang, mengurangi keanekaragaman hayati. Saat
kepunahan umumnya dianggap sebagai kematian individu terakhir dari spesies
tersebut. Karena berbagai potensi suatu spesies mungkin sangat besar,
menentukan saat ini adalah sulit, dan biasanya dilakukan secara retrospektif
setelah suatu jangka waktu ketiadaan mereka. Spesies punah ketika mereka tidak
lagi mampu bertahan dalam habitat yang berubah atau kalah terhadap persaingan
keunggulan. Selama sejarah Bumi, lebih dari 99% dari semua spesies yang pernah
hidup telah punah. Namun, kepunahan massal mungkin telah mempercepat evolusi
dengan memberikan kesempatan bagi kelompok-kelompok baru organisme untuk
menjadi bervariasi.
Fosil
Fosil adalah sisa-sisa atau jejak hewan, tumbuhan, dan
organisme lain dari masa lampau yang terawetkan. Totalitas fosil—baik yang
sudah ditemukan maupun yang belum ditemukan—dan penempatan mereka dalam formasi
batuan yang mengandung fosil dan lapisan sedimen (strata) dikenal sebagai "catatan
fosil". Suatu spesimen terawetkan disebut "fosil" jika lebih tua
dari usia yang disepakati yaitu 10.000 tahun yang lalu. Oleh karena itu,
rentang usia fosil membentang dari yang termuda di awal zaman Holosen ke yang tertua dari masa Arkean, beberapa miliar tahun lalu.
Sumber :
1. ^
a b Koshland Jr,
Daniel E. (March 22, 2002). "The Seven Pillars of Life". Science 295 (5563): 2215–2216. doi:10.1126/science.1068489. PMID 11910092. Diakses 2009-05-25.
2. ^ The American Heritage Dictionary of the English Language, 4th edition, published by
Houghton Mifflin Company, via Answers.com:
§ "The property or quality that distinguishes living
organisms from dead organisms and inanimate matter, manifested in functions
such as metabolism, growth, reproduction, and response to stimuli or adaptation
to the environment
originating from within the organism."
§ "The characteristic state or condition of a living
organism."
6. ^ Defining Life : Astrobiology Magazine – earth
science – evolution distribution Origin of life universe – life beyond
9. ^
a b c McKay, Chris
P. (September 14, 2004). "What Is Life—and How Do We Search for It in
Other Worlds?". PLoS Biol. 2
(2(9)): 302. doi:10.1371/journal.pbio.0020302. PMC 516796. PMID 15367939. Diakses 2010-02-02.
10. ^ Nealson KH,
Conrad PG (December 1999). "Life: past, present and future". Philos. Trans. R. Soc. Lond., B, Biol. Sci. 354
(1392): 1923–39. doi:10.1098/rstb.1999.0532.
PMC 1692713. PMID 10670014.
12. ^ Korzeniewski,
Bernard (2001). "Cybernetic
formulation of the definition of life".
Journal of Theoretical Biology. 7 April 2011. 209 (3) hal. 275–86.
13. ^ 2004,
"Autonomous Agents", in John D. Barrow, P.C.W. Davies, and C.L.
Harper Jr., eds., Science and Ultimate Reality: Quantum Theory, Cosmology, and
Complexity, Cambridge University Press.
16. ^ Rybicki, EP
(1990). "The classification of organisms at the edge of life, or problems
with virus systematics". S Aft J Sci 86: 182–186.
17. ^ Holmes EC
(October 2007). "Viral evolution in the genomic age". PLoS Biol. 5 (10): e278. doi:10.1371/journal.pbio.0050278. PMC 1994994. PMID 17914905. Diakses 2008-09-13.
18. ^ Koonin EV,
Senkevich TG, Dolja VV (2006). "The
ancient Virus World and evolution of cells". Biol. Direct 1: 29. doi:10.1186/1745-6150-1-29.
PMC 1594570. PMID 16984643. Diakses 2008-09-14.
21. ^ Margulis, Lynn;
Sagan, Dorion (1995). What is Life?. University of California Press. ISBN 0-520-22021-8.
22. ^ Lovelock, James
(2000). Gaia – a New Look at Life on Earth. Oxford University Press. ISBN 0-19-286218-9.
24. ^ "BIOPHYSICS:
DEFINITION OF LIFE AND BRIEF EXPLANATION OF EACH TERM". Biology Cabinet. September 29, 2006. Diakses 2009-07-22.
25. ^ Woodruff, T.
Sullivan; John Baross (October 8, 2007). Planets and Life: The Emerging
Science of Astrobiology. Cambridge University Press. Cleland and Chyba wrote a chapter in Planets and Life:
"In the absence of such a theory, we are in a position analogous to that
of a 16th-century investigator trying to define 'water' in the absence of
molecular theory." [...] "Without access to living things having a
different historical origin, it is difficult and perhaps ultimately impossible
to formulate an adequately general theory of the nature of living
systems".
27. ^ GAIA –
A new look at life on Earth. James Lovelock 1979. hal. 10. Oxford University Press. ISBN 0-19-286030-5.
28. ^ Lovelock, J.E.
(1965). "A physical basis for life detection experiments". Nature 207
(7): 568–570. doi:10.1038/207568a0. PMID 5883628.
30. ^ GAIA –
A new look at life on Earth. James Lovelock. 1979. Oxford University Press. ISBN 0-19-286030-5.
31. ^ Life
Itself: A Comprehensive Inquiry into the Nature, Origin, and Fabrication of
Life. Rosen, Robert. November, 1991. ISBN 978-0-231-07565-7
32. ^ "The
Ecosystemic Life Hypothesis". Bulletin of
the Ecological Society of America. April 2002. Diakses 2009-08-28.
33. ^ Morowitz,
Harold J. (1992) "Beginnings of Cellular Life: Metabolism Recapitulates
Biogenesis". Yale University Press. ISBN 0-300-05483-1
34. ^ A Third
Window: Natural Life Beyond Newton and Darwin, Templeton Foundation Press
(2009) ISBN 1-59947-154-X
40. ^ Friedrich Wöhler (1828). "Ueber künstliche Bildung des Harnstoffs". Annalen der Physik und Chemie 88 (2): 253–256. doi:10.1002/andp.18280880206.
42. ^ Coveney,
Peter V.; Philip W. Fowler. "Modelling biological complexity: a physical
scientist's perspective". Journal of the Royal Society Interface.
2005. 2 (4) hal. 267–280. DOI:10.1098/rsif.2005.0045
44. ^ Eigen,
Manfred, Steps Towards Life: A Perspective on Evolution (German edition, 1987),
Oxford University Press, 1992. hal 31.
45. ^
a b Barazesh,
Solmaz, How RNA Got Started: Scientists Look for the Origins of Life, Science
News, 13 Mei 2009.
46. ^ Watson,
James D., Prologue: Early Speculations and Facts about RNA Templates, hal.
xv–xxiii, The RNA World, R.F. Gesteland and J.F. Atkins, Eds., Cold Spring
Harbor Laboratory Press, 1993.
48. ^ Cech,
Thomas R., A model for the RNA-catalyzed replication of RNA, p 4360-4363 v 83,
Proc. Nat. Acad. Sci., USA, 1986.
49. ^ Powner,
Matthew W., Béatrice Gerland and John D. Sutherland, Synthesis of activated
pyrimidine ribonucleotides in prebiotically plausible conditions, Nature 459,
239–242 (14 May 2009).
50. ^ Szostak,
Jack W., Origins of life: Systems chemistry on early Earth, Nature 459, 171–172
(14 May 2009).
51. ^ Lincoln,
Tracey A. and Gerald F. Joyce, Self-Sustained Replication of an RNA Enzyme,
Science 27 February 2009: Vol. 323, No. 5918, hal. 1229–1232, DOI:
10.1126/science.1167856.
52. ^ Joyce,
Gerald F., Evolution in an RNA World, Cold Spring Harb Symp Quant Biol
sqb.2009.74.004; Published in Advance August 10, 2009,
doi:10.1101/sqb.2009.74.004.
53. ^
a b c d e Rothschild,
Lynn (September, 2003). "Understand the evolutionary mechanisms and environmental
limits of life". NASA. Diakses 2009-07-13.
54. ^ King, G.A.M.
(April, 1977). "Symbiosis and the origin of life". Origins of Life and Evolution of Biospheres 8
(1): 39–53. Bibcode:1977OrLi....8...39K. doi:10.1007/BF00930938. Diakses 2010-02-22.
55. ^ Margulis, Lynn
(2001). The Symbiotic Planet: A New Look at Evolution. London, England:
Orion Books Ltd. ISBN 0-75380-785-8.
56. ^ Douglas J.
Futuyma; Janis Antonovics (1992). Oxford surveys in evolutionary biology:
Symbiosis in evolution 8. London, England: Oxford University Press.
hlm. 347–374. ISBN 0-19-507623-0.
59. ^ New Link in Chain of Life, Wall Street
Journal, 2010-12-03, diakses 5
Desember 2010. "Until now, however, they were all thought to share the
same biochemistry, based on the Big Six, to build proteins, fats and DNA."
61. ^ Knapp S, Lamas
G, Lughadha EN, Novarino G (April 2004). "Stability or stasis in the names of organisms:
the evolving codes of nomenclature". Philosophical
transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological sciences 359
(1444): 611–22. doi:10.1098/rstb.2003.1445.
PMC 1693349. PMID 15253348.
62. ^
a b Copeland, H.F.
(1938). "The Kingdoms of Organisms". Quarterly Review of Biology
13 (4): 383. doi:10.1086/394568. JSTOR 2808554.
63. ^ Whittaker RH
(January 1969). "New concepts of kingdoms or organisms. Evolutionary
relations are better represented by new classifications than by the traditional
two kingdoms". Science 163 (863): 150–60. doi:10.1126/science.163.3863.150. PMID 5762760.
64. ^
a b Woese C,
Kandler O, Wheelis M (1990). "Towards
a natural system of organisms: proposal for the domains Archaea, Bacteria, and
Eucarya.". Proc Natl Acad Sci U S A
87 (12): 4576–9. doi:10.1073/pnas.87.12.4576. PMC 54159. PMID 2112744.
65. ^ Adl SM, Simpson
AG, Farmer MA, et al. (2005). "The new higher level classification
of eukaryotes with emphasis on the taxonomy of protists". J. Eukaryot.
Microbiol. 52 (5): 399–451. doi:10.1111/j.1550-7408.2005.00053.x. PMID 16248873.
66. ^ Van Regenmortel
MH (January 2007). "Virus species and virus identification: past and
current controversies". Infection, genetics and evolution: journal of
molecular epidemiology and evolutionary genetics in infectious diseases 7
(1): 133–44. doi:10.1016/j.meegid.2006.04.002. PMID 16713373.
67. ^ Pennisi E (March
2001). "Taxonomy. Linnaeus's last stand?". Science (New York, N.Y.) 291 (5512): 2304–7. doi:10.1126/science.291.5512.2304. PMID 11269295.
68. ^ C. Linnaeus
(1735). Systemae Naturae, sive regna tria naturae, systematics proposita per
classes, ordines, genera & species.
70. ^ É. Chatton
(1925). "Pansporella perplexa. Réflexions sur la biologie et la
phylogénie des protozoaires". Ann. Sci. Nat. Zool. 10-VII: 1–84.
73. ^ Whittaker RH
(January 1969). "New concepts of kingdoms of organisms". Science
163 (863): 150–60. doi:10.1126/science.163.3863.150. PMID 5762760.
74. ^ C. R. Woese, W.
E. Balch, L. J. Magrum, G. E. Fox and R. S. Wolfe (August 1977). "An
ancient divergence among the bacteria". Journal of Molecular Evolution
9 (4): 305–311. doi:10.1007/BF01796092. PMID 408502.
75. ^ Woese CR, Fox GE
(November 1977). "Phylogenetic structure of the prokaryotic
domain: the primary kingdoms". Proc.
Natl. Acad. Sci. U.S.A. 74 (11): 5088–90. doi:10.1073/pnas.74.11.5088. PMC 432104. PMID 270744.
76. ^ Cavalier-Smith,
T. (2004), "Only six kingdoms of life", Proc. R. Soc. Lond. B 271: 1251–62, doi:10.1098/rspb.2004.2705,
PMC 1691724, PMID 15306349, diakses 2010-04-29
82. ^ Van Valkenburgh,
B. (1999). "Major patterns in the history of carnivorous
mammals". Annual Review of Earth and
Planetary Sciences 26: 463–493. doi:10.1146/annurev.earth.27.1.463.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar