v Gottlieb
(dikutip oleh Muluk, 1996) menjelaskan bahwa dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal dan nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau yang didapat karena kehadiran orang yang
mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
penerima.
v House
(dalam Smet, 1994, h. 234-235), menjelaskan dukungan sosial sebagai persepsi
seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan
sosial tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan
kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab.
v Cobb
& Wills (dalam Sarafino, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu
bentuk kenyamanan, pengertian, penghargaan atau bantuan yang diterima individu
dari orang lain atau kelompok. Menurut
Cobb, dkk. (dalam Sarafino, 1998) sumber utama dukungan sosial adalah dukungan
yang berasal dari anggota keluarga, teman dekat, rekan kerja, saudara dan
tetangga.
v Veiel
dan Baumann (1992) berpendapat bahwa dukungan
sosial merupakan suatu fenomena yang menarik dalam lingkup ilmu psikologi
karena secara potensial dapat membantu memahami hubungan antara individu dengan
lingkungan sosialnya. Hubungan ini melibatkan berbagai aspek dukungan yang
diterima individu atau komunitas sosial dari orang lain atau lingkungan sosial
lain yang lebih luas. Dengan demikian, secara umum dukungan sosial telah
dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan baik langsung atau tidak langsung
terhadap kualitas hubungan sosial
v Menurut
Jacobson (dalam Orford, 1992) dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku
yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa ia
dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberikan
perhatian dan keamanan.
B.
JENIS
DUKUNGAN SOSIAL
Cohen
dan Mc Kay; Wills (1984, dalam Sarafino, 1994, h.103) membedakan lima jenis
dukungan sosial antara lain :
1) Dukungan emosional,
yaitu dukungan yang melibatkan ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian
kepada orang lain. Dukungan ini dapat memberikan perasaan nyaman dan aman,
perasaan yang dimiliki dan dicintai dalam situasi-situasi stres yang dirasakan
seseorang.
2) Dukungan penghargaan,
yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan penghargaan positif kepada orang
lain, dorongan maju atau persetujuan dengan pendapat dan perasaan individu,
serta adanya perbandingan positif dari individu dengan orang lain. Dukungan ini
memberikan perasaan berharga bagi seseorang yang menganggap bahwa dirinya
memiliki kemampuan berbeda dari orang lain sehingga menimbulkan rasa percaya
diri pada individu tersebut.
3) Dukungan instrumental,
yaitu dukungan yang berupa pemberian bantuan secara langsung seperti, bantuan
materi atau uang, dll.
4) Dukungan informasi,
yaitu dukungan yang terdiri dari pemberian nasehat, arahan, saran, atau umpan
balik mengenai apa yang dilakukan oleh orang lain.
5) Dukungan dari jaringan
sosial, yaitu dukungan yang menimbulkan
perasaan memiliki pada individu karena ia menjadi anggota di dalam kelompok. Dalam
hal ini individu dapat membagi minat serta aktivitas sosialnya, sehingga
individu merasa dirinya dapat diterima oleh kelompok tersebut.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial :
1)
Potensi
Penerima
Dukungan Tidak mungkin
seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkannya jika dia tidak
sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain
mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan. Beberapa orang tidak
perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka
seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.
2)
Potensi
Penyedia
Dukungan Seseorang yang
seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak mempunyai sesuatu yang
dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan
orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.
3)
Komposisi
dan Struktur Jaringan Sosial
Maksud dari jaringan
sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga
dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang
yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering
individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah orang-orang
tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan kedekatan hubungan.
Hubungan Dukungan Sosial dengan Kesehatan Mental
Dalam
Sarason (1987) dikatakan bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi
memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta
memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan dibandingkan individu
dengan dukungan sosial yang rendah. Sehingga jika semua itu berjalan dengan
baik, maka kesehatan mental seseorang akan tidak akan mengalami gangguan.Sebaliknya,
dukungan sosial yang rendah berhubungan dengan locus of control yang eksternal, menyebabkan adanya ketidakpuasan
hidup dan adanya hambatan-hambatan dalam melakukan tugas-tugas dan pekerjaan
sehari-hari. Sehingga dapat menyebakan gangguan dalam kesehatan mental seseorang.
House (dalam Quick & Quick, 1984) membagi fungsi atau pengaruh dukungan
sosial ke dalam 3 bagian, yaitu :
1) Dukungan
sosial dapat mempengaruhi stres secara langsung dengan mengubah tuntutan atau
mengubah respon terhadap tuntutan.
2) Dukungan
sosial juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani individu dengan meningkatkan kesehatan
fisik dan psikologis.
3) Dukungan
sosial dapat menghalangi atau menahan efek negatif dari stres terhadap
kesehatan individu.
Referensi :
Nurmalasari, Yanni. (2007). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada Remaja Penderita Penyakit Lupus. Jurnal Psikologi Universitas Gunadarma, Vol. 1, 4-6.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Froland,
C., Brodsky, G., Olson, M., & Stewart, L. 2000. Social Support and Social
Adjustment: Implications for mental health proffesionals. Community Mental
Health Journal, 36 (1), 61-75ata
Nurmalasari, Yanni. (2007). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada Remaja Penderita Penyakit Lupus. Jurnal Psikologi Universitas Gunadarma, Vol. 1, 4-6.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.